Bismillahirrahminirrahiim..
Alhamdulillahirabbil`alamiin…kehamilan saya memasuki trismester kedua. Entah kenapa rasa kangen posting di blog muncul lagi. Rasanya sudah lama sekali tidak meluapkan keasikan jari jemari ini menari beradu dengan imajinasi saya saat menulis. :-)
Minggu ini Insya Allah genap 6 bulan ada janin dalam perut saya, hehehe. Namanya juga pertama kali hamil, tiap hari rasanya selalu dapat kejutan baru. Sejak gerakan janin dalam perut saya bisa saya rasakan, rasanya kemana-mana selalu ada yang menemani. Kadang-kadang kalau lagi sendiri saya cuek ajak ngobrol perut saya tentang apa saja. Tentang pekerjaan, tentang berita di tv, tentang perjalanan dinas saya, tentang apa yang sedang saya lihat. Apapun. and it’s fun :-) Pola makan pun berubah, entah kenapa saya merasa harus makan secukupnya saja. Sekarang malah justru gak bisa makan banyak-banyak kalau malam. Dan ternyata memang pola makan untuk ibu hamil yang seperti itu yang tepat (kata buku sih :-) ) Saya bersyukur dikasih sehat sama Allah, bisa menikmati kehamilan pertama dengan perasaan yang luar biasa bahagia.
Sejak tinggal hanya berdua dengan suami di kontrakan apartmen kami (dari yang semula tinggal dengan mertua) meskipun saat hari kerja (saat weekend kami pulang ke rumah mertua), ada banyak hal baru yang harus saya hadapi. Dulu di rumah mertua, apa-apa ada. Bangun tidur gak usah repot mikirin blanja ke pasar atau masak sendiri, seringnya tu makanan udah nongol rapi di atas meja makan. Sekarang, bahkan saat tidur malam pun, otak saya sudah harus memikirkan mau masak apa besok pagi, atau blanja sayur apa untuk seminggu ke depan.
Yap, Sejak berstatus istri, saya bercita-cita bisa ngurusin sendiri suami saya (ya iyalaaah, masak mau diurus orang lain? :-P ). Bukan…maksud saya, meskipun bisa bisa saja mempercayakan urusan memasak ke orang lain, tapi tetap buat saya, rasanya ingin sekali setiap hari liat suami makan masakan saya. Saya bikin sendiri tu masakan tanpa MSG dan coba-coba resep baru. Saya pingin tiap pagi bisa bikin sarapan, malamnya bisa masak makan malam buat suami atau sekedar motongin buah. Well, ini harapan idealis lah ya.. sampai sekarang :-)
Namanya juga ibu hamil, kondisi fisik tentu tidak sama dengan saat sebelum hamil. Kalau dulu ketika suami sibuk, saya asik aja kemana-mana sendiri naik turun angkot. Sekarang, hmm berdiri agak lama dikit udah kliyengan -,-, dikit-dikit laper dan gak kuat angkut2 barang agak berat. Hal ini cukup berimbas ketika hamil sekarang saat usia 6 bulan. Saya mudah sekali ngos-ngosan, ruang gerak juga terbatas, mau “gerak cepat” di dapur jd agak sulit :-D Meskipun sebenarnya kata orang-orang hamil saya ini termasuk hamil enak karena saat trismester pertama, tidak diikuti dengan mual dan eneg :-D
Saat memasuki 5 bulan, pada seminggu pertama saat mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri saya kewalahan. Pagi-pagi bikin sarapan, belum sempat mandi “nyantai” masih harus berangkat ke kantor. Pulang kantor kena macet, sampai rumah harus langsung masak untuk makan malam, selesai masak justru tepar. Dilanjut beres-beres rumah dan tidur jd agak larut. Besoknya berulang lagi rutinitas yang sama. Sampai-sampai kadang-kadang emosi saya pun ikut naik turun, belum kalo di kantor kerjaan lg “berat” dan berimbas saya gampang bete. Agak kasian sama mas Tuan besar, sayanya kadang-kadang sering ngambek gak jelas, padahal sebenarnya hanya capek. Hehehe, maap ya maaas… :-P
Lambat laun, saya mulai sadar bahwa rutinitas seperti ini harus disadari. Sadar untuk tidak menuntut diri bahwa sebagai seorang perempuan tidak selalu bisa sempurna sebagai istri. Sekarang saya lebih toleran, saat terlalu lelah, saya biarkan suami saya makan Kentang Goreng kemasan dibanding motong kentang mentah dan digoreng sendiri. Atau lebih toleran bikin omlete pake daging kornet dan bukan daging segar. Saya sadar fisik saya tidak selalu prima. ada waktu-waktu tertentu dimana tidak memungkinkan saya menghindari macet saat pulang kerja dan terpaksa sampai apartmen sudah malam dengan kondisi macet. Lebih memaafkan diri sendiri untuk tidak selalu siap sedia 24 jam sebagai istri yang baik. dan tentu ini saya komunikasikan dengan suami. Sama-sama saling mengerti dan melengkapi.
Suatu kali, saat saya berkesempatan pulang kantor tepat waktu, tiba-tiba suami mengajak saya makan malam di luar, tidak meminta saya untuk memasak malam itu. tumben. Padahal saya tahu, suami saya itu orang rumahan, jarang suka makan makanan resto atau warung, lebih memilih makan masakan ibu atau istrinya (GR.com hehehe). “Pengen makan dimsum ceker, Bun”, kilah suami saya. Okelah, malam itu kami makan malam sabu-sabu dan dimsum.
Belakangan saya tahu, si Mas tuan besar sengaja membiarkan saya malam itu untuk sekedar istirahat, tidak melulu bermesraan dengan dapur dan membiarkan suaminya nonton tv sendirian. hehe, maklumlah berhubung tinggal di apartmen, dapur kami cuma muat buat ruang gerak manuver satu orang, kadang-kadang permintaan suami untuk bantuin masak, saya tolak. Bukan apa-apa sih cuma karena saya mulai hamil besar jadi bakal susah gerak kalo mas Tuan besar ikut2an turun ke dapur. hehehe. Alhasil malam itu, saya masih bisa menemani suami nonton berita di TV. Masih bisa mengaji AL-Qur`an ditemani suami, tidak lagi mencuri waktu menjelang tidur :-) Terima kasih mas, hehehe :-)
Original post : Bersahabat dengan Hebohnya Terburu-buru :) #happywife
No comments:
Post a Comment