Kemarin saya kesal bukan main. Rasanya pengen marah dan ngamuk, tapi berhubung sendirian naik motor, mau marah sama siapa coba? So, I tried to smile as big as I can. Smile ya, bukan ketawa.
Dan, ya.. itu cukup meredam kemarahan saya. Setelah tersenyum lebar, coba pelan-pelan Istighfar. Kadang kala (dan seringnya) marah itu timbul karena kita menyilahkan perasaan “lebai” dalam mendramatisir suatu masalah
(Syarh Hadits Ke-16 Arbain anNawawiyyah)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah engkau marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: “Janganlah engkau marah”.(HR. al-Bukhari)
Original post : Kesal
No comments:
Post a Comment