Sunday 12 February 2012

Apakah Buku Tabungan Itu Penting?

Bismillah

Pertengahan Januari lalu, Ayah saya operasi PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy) di Rumah Sakit ASRI Jakarta Selatan, ditemani Ibu dan saya. Sekadar informasi, PCNL adalah metode pengambilan batu ginjal yang berukuran besar (>2 cm). Batu ginjal akan dihancurkan di dalam, dan dikeluarkan melalui selang. Keuntungan dari metode PCNL dibanding operasi terbuka adalah resikonya kecil (apalagi Ayah juga kena diabetes), luka operasi yang kecil (1-2 cm), dan pasien bisa cepat pulih. Kata Dokter Nur Rasyid yang menangani kami, Ayah mesti 2 kali operasi (berselang 2 hari) karena batu ginjalnya sedemikian besar/banyak.

Lalu, apa kaitannya metode PCNL dengan buku tabungan?
Sabar. Tulisan ini belum selesai. :D

Dr Nur Rasyid juga tangani pasien di RSCM. Di RSCM, sebenarnya Ayah bisa pakai ASKES. Tapi, RSCM, seperti yang kita tahu, well... RSCM... :D Masalah kecil timbul saat saya minta rincian biaya sementara. Jumlahnya lumayan buat beli mobil seken. Di Rumah Sakit ASRI ini, pembayarannya bisa tunai atau debit/CC. Ibu sudah antisipasi dengan deposit setiap hari, sejak Ayah mulai dirawat inap (cuma 7 hari Ayah di RS). Namun, dihitung-hitung, tetap tidak cukup karena limit kartu Mandiri Ayah cuma Rp 5juta. Kartu debit BNI saya limitnya Rp 10juta. Masalahnya, saldo saya saat itu cuma 400rebu #gubraks :))

Buku tabungan yang tidak penting
Jadi, idenya begini. Semua anak-anak Ayah kumpulin cash ke rekening saya di BNI. Di depan Rumah Sakit ASRI ada KCP BNI. Cakep. Yang bisa didebit ya pakai debit, sisanya saya akan ambil cash pakai buku tabungan. Eh, bentar. Buku tabungan? Buku tabungan saya ke mana, ya?! Setelah bongkar-bongkar kamar kos sedikit, buku tabungan saya ketemu. Selama ini saya hanya ambil tunai dari ATM. Kalau mau setor tidak pernah banyak-banyak. Rugi bandar kalau nabung model konvensional begitu. Kalau mau transfer saya pakai e-banking. Buku tabungan saya nganggur.

Saya termasuk orang yang anti dengan penggunaan kertas berlebih.

Singkat cerita, saya ke KCP BNI Duren Tiga. Inilah langkah-langkah saya ambil uang tunai.
  1. Mengisi slip penarikan. Lengkap dengan tanda tangan.
  2. Mengantri. Menunggu dipanggil oleh Mbak Dwi.
  3. Memberikan buku tabungan, dan slip penarikan.
  4. Membubuhkan tanda tangan di sebuah kertas kosong, di dalam kotak.
  5. Menyerahkan KTP atau kartu identitas yang digunakan saat membuka rekening.
  6. Menyerahkan kartu ATM saya, dan memasukkan PIN saya. Dua kali pula.
  7. Ditanya pertanyaan verifikasi, "Boleh tahu nama Ibu kandung Bapak?"
Setelah saya beri jawaban yang benar, saya pikir ini yang akan terjadi : terompet akan berbunyi, lampu KCP BNI Duren Tiga akan menyala kelap-kelip indah sekali, ada kertas warna-warni turun dari langit-langit, semua pegawai BNI di situ akan tersenyum dan bergantian menyalami saya, tepuk tangan riuh membahana dari seluruh nasabah yang antri, dan akhirnya saya pun bisa mengambil uang tunai. :))

Kenyataannya, prosesnya belum selesai sampai di situ. Buku tabungan saya, terakhir dipakai sudah lebih dari 6 bulan yang lalu. Overload. Tidak cukup lagi untuk mencetak histori transaksi. Kalau mau dicetak semuanya, kemungkinan saya butuh 2 buku tambahan. Itu merepotkan, plus saya mesti bayar ekstra untuk hal yang tidak saya pakai. Saya tawarkan opsi, supaya saya tidak perlu cetak transaksinya. Mbak Dwi bersikeras saya mesti ganti buku. Saya pun bicara.

"Kamu sekarang jadi nggak dewasa gitu, sih? Harusnya kamu bisa berpikir visioner dong, punya alasan logis untuk tiap keputusan. Ini kan demi kelanjutan hubungan kita berdua. Memangnya kamu kenapa sih? Lagi PMS? Atau ada masalah di kantor? Atau, udah bosen? Obrolin aja, Say..." *sambil plintir-plintir rambut dia*

Paragraph sebelum ini tentu saja fiktif. *pembaca mengelus dada, lalu membersihkan bekas muntahannya masing-masing*. Intinya saya pengen ngobrol sama Bosnya. Waktu itu Mbak-mbak juga, saya tidak tahu namanya (name tag-nya kebalik), tapi sayang dia sudah pakai cincin. #nikunghore2012 anyone?.  Akhirnya disepakati begini. Saya tidak perlu buat buku baru, tapi histori transaksi dicetak di kertas khusus, dan dikokot (di-staplers) di buku tabungan saya yang lama.

"Maaf Pak Prabowo, ada charge sebesar Rp 1000 karena penarikan tunai tidak dilakukan di kantor cabang tempat membuka rekening. Saya langsung debet dari saldo Bapak ya.."

Saya menghela nafas. "Iya, Mbak.." lalu teriak dalam hati,

*******

Dari cerita saya, sebenarnya bisa diambil kesimpulan bahwa untuk tiap alasan yang bilang buku tabungan itu penting, bisa dipatahkan dengan logis.

Buku tabungan penting untuk mengambil uang tunai?
Tidak juga. Seperti yang dilihat, ada banyak sekali dependensi lain untuk mengambil uang tunai. Kalau masih ditanya juga di teller, bilang saja buku tabungan sudah hilang, dan yang Anda ingat hanya nomor rekeningnya. Kalau disuruh bikin surat keterangan kehilangan, bilang saja dananya Anda perlukan secepat mungkin, untuk biaya operasi orang tua. Tidak ada waktu ke kantor polisi segala.

Buku tabungan bisa dipakai untuk kejahatan? Misalnya, orang bisa mencuri buku tabungan kita untuk tarik tunai?
Hla, maka dari itu jadi nggak usah ada buku tabungan aja kan? Verifikasi saat ambil tunai bisa dengan yang lain. KTP, PIN ATM, tanda tangan, security question, atau kombinasi semuanya, dll.

Dari buku tabungan kita bisa tahu saldo terakhir atau histori transaksi?
Kenapa mesti pakai buku tabungan? Dari e-banking saja sudah ketahuan. Paling kepepet, Anda bisa cetak rekening koran untuk tanggal kapan pun. Biayanya seribu rupiah per lembar. Tapi saya nggak pernah pakai.

Kalau mau kredit apa-apa, kan biasanya ditanyain transaksi rekening 3 bulan terakhir?
Hahahaha. Yang diminta kan cuma salinannya? Saya bikinin pake Gimp deh sini :). Mau saldo yang tadinya cuma Rp 100ribu jadi Rp 500juta pun bisa :)). Kalau mau main jujur, seperti di atas, kita bisa cetak histori transaksi dari e-banking.

Buku tabungan penting untuk gaya-gayaan?
Bro, you are soooo si Doel Anak Sekolahan. Kalau sekadar untuk gaya, bisa pakai CC atau kartu debit yang bejibun. Lebih enak gaya-gayaan pakai kartu yang bisa nyelip dalem dompet, daripada bawa-bawa buku tabungan (walaupun limitnya cuma 2 juta perak atau saldonya kosong :)) ).

Buku tabungan penting kalau ada perbedaan detil transaksi dengan yang dicatatkan oleh Bank?
Coba perhatikan baik-baik syarat dan ketentuan umum di halaman terakhir buku tabungan. "Apabila saldo berbeda dengan catatan Bank, maka yang berlaku adalah saldo menurut catatan Bank berdasarkan bukti-bukti yang ada." :))

Mungkin Anda punya pendapat sendiri? Silakan tulis di bagian komentar ya :)

Btw, tentang buku tabungan ini juga pernah dibahas Fajran di blognya.


Original post : Apakah Buku Tabungan Itu Penting?

4 comments:

  1. mas, tanya dong, operasi pcnl di RS Asri biayanya abis berapa ya? kebetulan mertua ada batu ginjalnya juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu sudah lama Mas/Mbak. Kurang lebih total selama 5 hari kami di RS, habisnya 70an juta. Tapi itu total ya..

      Delete
    2. mas nanya dong , kalo tanpa atm saya ingin mengambil uang dengn buku tabungan(mandiri)apakah bisa?

      Delete
  2. Cara Mendapatkan Kartu Atm Blank yang Urgent .... selama bertahun-tahun saya sangat miskin, frustrasi dan patah hati.
    saya kehilangan pekerjaan saya dan tidak ada yang bahkan siap untuk membantu saya, tapi sangat beruntung bagi saya, saya mendapatkan kartu ATM kosong dari seorang hacker profesional, saya pikir kartu ini tidak akan berfungsi seperti yang lain, tapi saya hanya mencobanya dan bekerja dengan baik. keren seperti sihir, dan saya bisa menarik cukup uang dengan kartu ATM kosong ini tanpa penyumbatan apapun.
    Saya sangat diberkati untuk memiliki kartu ini dengan saya, saya sering melakukan penarikan dan saya sangat kaya sekarang.
    jika Anda memerlukan kartu ATM nyata kosong untuk membantu Anda mengatasi masalah pendapatan Anda, hubungi peretas yang baik ini di emailnya rickatmcardoffer@gmail.com atau whataspp_number +2348108409977.
    maka Anda akan menikmati apa yang saya nikmati sekarang.
    ThanK Tuhan untuk hidup.

    ReplyDelete