Friday, 8 May 2015

Apa Itu "Sibuk"?

Bismillah

Dalam beberapa kali kesempatan, saya sering ditanya "lagi sibuk apa?" atau "sedang sibuk ya?" atau hal senada. Pertanyaan semodel itu selalu saya jawab dengan "saya tidak pernah sibuk".

Makna "sibuk" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satunya adalah
1. banyak yang dikerjakan
Sibuk itu hanyalah kata sifat atau adjectiva, yang, seperti kata sifat pada umumnya, selalu bersifat relatif. Jadi, sibuk itu relatif. Menurut seseorang sibuk, belum tentu menurut orang yang lain demikian pula. Mengapa saya tidak pernah sibuk? Karena sebenarnya sibuk itu tidak ada. Sibuk hanya ada di pikiran kita. Sibuk hanyalah excuse orang supaya tidak diganggu. Sibuk terkadang hanyalah predikat yang didamba orang-orang sok, sehingga terlihat sibuk, jadilah sok sibuk. Sibuk juga terkait dengan cara kita mengatur apa yang kita kerjakan, apa yang kita anggap penting atau tidak penting. Orang yang selalu sibuk, sebetulnya adalah orang-orang yang task management-nya payah, sehingga dengan keterbatasan waktu, dia tidak bisa mengatur jadwal hidupnya.

"Papah sedang sibuk, kamu main sendiri saja".
"Mamah sibuk bekerja, cari uang, untuk keperluan kamu juga, sehingga Sabtu dan Minggu kita tidak jadi berenang".
"Aku lagi sibuk, jadi nggak sempet angkat telepon kamu".
"Saya sibuk, tolong jangan ganggu dulu dengan sales call".
"Sibuk mengerjakan skripsi, jadinya tidak bisa tilawah sehari sejuz".

Dari penggalan kalimat di atas, sibuk hanyalah jawaban mengawang-awang, karena tidak ada alasan lain dari kenyataan sesungguhnya : "Saya itu sulit mengatur hidup saya sendiri, tidak bisa membuat prioritas, sehingga banyak hal terlihat berantakan"

Coba lihat Steve Jobs, apakah ia sibuk? Menurut saya tidak. Ia pandai mengatur waktu. Ia pandai memilah mana yang benar-benar penting, defining what's essentials.

Coba tanyakan ke diri Anda, saat Anda bilang Anda sibuk, apakah Anda benar-benar sibuk?

Original post : Apa Itu "Sibuk"?

Saturday, 2 May 2015

Manggarai

Bismillah

Jika Tanah Abang adalah cerminan kekusutan Jakarta, maka Manggarai adalah simbol BUMN yang mis-management. Saat ini saya berada di stasiun yang punya setidaknya 11 lajur, menjadi korban amburadulnya jadwal kereta. Apakah orang-orang PT KAI tidak ada yang pernah main Railway Simulator 2015??

Ini belum termasuk kelakuan penumpang kelas ekonomi yang serba ajaib. Namanya juga kasta sudra, kalau punya duit mesti sudah pindah ke kelas bisnis atau esekutip. Nah, karena faktor finansial adalah hal yang jadi alasan utama, maka golongan ini akan menomor-enambelas-kan sisi kenyamanan, keamanan, apalagi kemewahan. Cukuplah pantat keram karena kursi pun keras sepanjang perjalanan, yang penting bisa sampai ke tanah kelahiran. Kelakuan ajaib lain, kereta barang "dititipin" kantong sampah. Boleh jadi kapan-kapan ada manusia buang taik di atas kereta dari Cirebon, dan keringnya baru di Tanjung Priok.

Lama-lama Indon jadi kayak Indihe, kalau boker di rel kereta api.

Gambar bersumber dari sini
Akhirnya naik taksi sama penumpang Tangerang lain, dari Slipi. Alhamdulillah bisa berbagi ongkos. "Terima kasih ya, Kawan!" begitu kata si Bapak waktu turun, tanpa saya tahu nama beliau siapa. Benar-benar macam film Ronin. No names, no questions, no answers. That's the business we're in.

Pesan moral:

0. Perbanyak istighfar sepanjang perjalanan.
1. Whatever happens, never ever trust your government.
2. Selalu sedia cash yang banyak, atau visa/mastercard. Perhatikan benar-benar top 25 important things.
3. Create a new relationship along the way.


Original post : Manggarai

Monday, 27 April 2015

Jogja

Bismillah

Dua hari kemarin saya ke Yogyakarta. Ceritanya Sigit nikah. Sekalian kondangan sekalian main sama Gamal, Adya, Vita, Husein, dan sempat mampir ke ruma Dita dan Ekgik di Bantul.


Seperi biasa, kondangan pake sepatu futsal. Ini membuktikan sebenarnya kita hanya butuh satu pasang sepatu untuk hampir segala situasi: kerja, maen, olahraga, termasuk ke resepsi nikah. Hidup minimalis.

Terus terang Jogja bisa jadi altenatif kota yang hendak dijadikan tempat hidup. Tenang, udara bersih, budaya, pendidikan, orang-orangnya, living cost, tata kota, indeks kebahagiaan, dan paling tidak di Jogja tidak mati lampu 4 jam sehari seperti Kubu Raya. Mungkin tinggal masalah waktu sahaja untuk hijrah.

Jogja akan punya lapangan terbang baru di Kulonprogo, dan akses ke hampir semua kota besar di Jawa bisa dicapai dengan berbagai macam moda transportasi. Dari sekian banyak hal baik tentang Jogja, yang agak mengkhawatirkan menurut saya adalah kondisi jalan dan kebiasaan / karakter penduduknya. Jogja sudah mulai macet di beberapa titik saat akhir pekan. Jogja juga tidak seramah ketika saya kuliah tahun 2004 silam. Jogja sudah berubah. Bisa jadi juga karena sudah terlalu plural dan banyak pendatang.

Di kereta saya sempat bersebelahan dengan (meminjam istilah Tyler Durden dalam film Fight Club) one of the most interesting single-serving friend atau teman satu porsi yang menarik. Lulusan ekonomi UGM tahun 2004 dan menghabiskan 8 tahun bekerja di salah satu perusahaan otomotif ternama. Orang cerdas. Mengapa beliau keluar?

Ini salah satu quotenya

"Ketika ada orang tidak butuh mobil, kita pengaruhi untuk beli mobil. Itu belum jahat. Tahu tidak apa yang lebih jahat? Ada orang, secara finansial jelas-jelas tidak mampu beli mobil, tapi kita pengaruhi untuk beli mobil, dengan cara hutang dan pakai bunga pula. Di situ batin saya bergejolak"




Original post : Jogja

Thursday, 23 April 2015

Ransel 30 Liter dan 25 Barang

Bismillah

Raam Dev, lahir dan besar di Boston (namanya mirip Indian tapi bukan orang India), tidak pernah punya pendidikan formal hingga saat ini, developer untuk WordPress theme minimalist "Independent Publisher", dan menulis 25 Things. Darinya saya punya inisiatif untuk menulis hal serupa. Raam bahkan membawa gaya hidup minimalis beberapa tingkat lebih tinggi dibanding Leo Babauta, yang anaknya (setidaknya hingga tulisan ini dibuat) ada 6. Leo memiliki 50 Things. Dua kali lipat lebih banyak.

Mengapa muncul ide tentang hidup minimalis? Karena kehidupan di bumi ini timpang, tidak seimbang. Di satu sisi dunia orang bisa buang-buang makanan dan air, dan sisi dunia yang lain orang mati karena kelaparan. Kita hidup di dunia yang berkelimpahan dengan kepemilikan. Kita hidup dengan terlalu banyak barang, yang mirisnya sebagian besar tidak kita butuhkan. Dengan gaya hidup minimalis, kita bisa menjawab pertanyaan : what is the most important things in your life?

Tak adakah rasa bersalah ketika mengambil barang tertentu di rak supermarket, memindahkannya ke dalam keranjang belanja, membayarnya di kasir dan membawanya pulang ke rumah kita yang sudah sempit sedari awal?

Apakah kita tidak bisa hidup tanpa mesin pembuat kopi, yang hanya kita pakai sekali sebulan? Apakah kita benar-benar butuh mobil? Motor? Dua buah pula? Apakah kita butuh selusin pasang sepatu? Bisakah kita hidup tanpa televisi? Tidak adakah dari sekian banyak kartu dalam dompet kita yang bisa kita buang saja ke tempat sampah?

Akankah kita terus menumpuk diri dengan posesivitas?

Nah, 25 Things Challenge adalah tantangan untuk benar-benar memilih barang terpenting dalam hidup. Jumlahnya harus 25 atau di bawah itu, dan harus cukup dalam sebuah tas ransel 30 liter, pertanda kita siap hijrah kapan saja.

Aturannya :
0. Apapun yang dibawa ke dalam ransel, harus dihitung. Itu termasuk ranselnya.
1. Apapun yang bisa muat dalam tangkupan tangan, bisa dihitung sebagai satu. Misal, 4 buah kunci.
2. Apapun yang terkait satu sama lain, bisa dihitung sebagai satu. Contoh, handphone dan kabel chargernya.

Ayo mulai.

  1. Ransel Eiger Lavos 14".
  2. MacBook Pro 13"
  3. iPhone 4S
  4. Travel documents (paspor, ID, SIM)
  5. Credit cards, debit cards, cash.
  6. Powerbank
  7. Topi
  8. Jaket
  9. Notebook + pen.
  10. Adidas Nitrocharge 3.0 (shoes)
  11. Hygiene kit (sikat gigi, sabun, pasta gigi, deodorant, razor+blade)
  12. Sarung
  13. Underwears
  14. Belt
  15. Jeans
  16. Jeans
  17. Dri-fit t-shirts
  18. Dri-fit t-shirts
  19. Dri-fit shorts
  20. Botol minum
  21. Socks 2x
  22. Sandal
  23. Handuk
  24. 8" Chef Knife

Tentu daftar di atas bisa berubah-ubah. Misal kalau di negara dengan iklim yang ekstrim (salju) maka daftarnya bisa jadi akan bertambah panjang. Waktu saya bertanya dengan salah seorang teman, dia bahkan harus menyertakan "token BCA" sebagai barang yang harus dibawa. Dari sekian banyak macam barang itu, mungkin ada 2 atau lebih barang yang bisa dikombinasikan semisal modem dan kamera digital diganti dengan smartphone mutakhir. Atau dua buah jeans bisa diganti dengan 1 buah trousers mahal yang odor resistant, demikian pula dengan socks/jacket/underwear/etc. Maksudnya biar nggak banyak bawa baju dan mesti nyuci.

Kalau kata Ryan dalam Up In The Air, komponen paling berat memang relationships







Original post : Ransel 30 Liter dan 25 Barang

Tuesday, 21 April 2015

Cafe Reviews : BlackBone Cafe, Yogyakarta ID

Yogyakarta, ID – BlackBone Cafe Date : 14 April 2015Cafe Ambassador : Sang IndraCafe Name : Black Bone CafeLocation: Jl. Kaliurang Km 5.2. Karangwuni.Yogyakarta. (East Sego Sepiring Restaurant in Jakal Jogjakarta)Environment: Cozy and nice place for hangout. The seat capacity isn’t much (its a small cafe actually), but you will get a romantic and intimate…Read more Cafe Reviews : BlackBone Cafe, Yogyakarta ID

Original post : Cafe Reviews : BlackBone Cafe, Yogyakarta ID

Wednesday, 15 April 2015

Cheryl’s Birthday Versi Sang Indra

Yeah The Awesome Question About Cheryl’s Birthday I wanna solve with my version of logic thinking. It may not pleased some people but it really pleased my logic a lot. But before I get to that point I wanna try to criticize the majority Answer of July 16 And before I criticize that majority Answer…Read more Cheryl’s Birthday Versi Sang Indra

Original post : Cheryl’s Birthday Versi Sang Indra

Tuesday, 14 April 2015

Alhamdulillah, saya dilamar! :)

Bismillahirrohmanirrohim, 12 April 2015, alhamdulillah, saya dilamar oleh seorang lelaki bersama keluarga besarnya untuk menjadi istri beliau. Beliau, seorang lelaki yang sholeh dan baik yang  saya kenal dan yang saya yakini, insyaAllah kami dapat saling melengkapi bersama - sama untuk taat kepada Allah, aamiin ya Robbal alamin. Alhamdulillah acara lamarannya berjalan lancar. Ya Allah, terimakasih, [...]

Original post : Alhamdulillah, saya dilamar! :)