Tuesday 12 February 2013

Life of Pi.

life of piLife of Pi,

Nah, kali ini setelah berberapa kali menonton Film tersebut, live dari Bioskop maupun dari DVD yang didownload dari gudang torent sebelah. :D Saya mau sedikit menceritakan mengenai film tersebut. Ndak bermaksud story telling atau sotoy lho, tapi hya sedikit refleksi yang saya dapat…disertai dengan bumbu bumbu dari beberapa forum Hindu dan Buddha yang juga ada yang membahas film tersebut.

Pie, eh atau Phisisng atau Pi adalah seorang anak dari keluarga yang sangat menekankan pada rasionalitas. Walaupun mereka kental dengan tradisi Hindu, namun Pi Patel dididik oleh Ayahnya untuk tetap menggunakan rasionalitas dalam mencerna tradisi tradisi tersebut. Orang tua Pi Patel memberikan kebebasan untuk memilih dan melihat berbagai tradisi keagamaan. Baik Hindu, Katolik maupun Islam. Dan didalam film ini diceritakan, Pi Patel pun mengunjungi Gereja Katolik, dan juga melakukan Sholat dengan tata cara Islam.

Diceritakan dalam Film ini, keluarga Pi mengelola sebuah kebun binatang di India. Mereka memiliki banyak hewan dan tumbuhan. Salah satu hewan yang akan menjadi pusat perhatian dari film ini adalah Richard Parker. Bukan nama orang lho, tapi itu nama sebuah Harimau Bengali. Buas dan menyeramkan.

Fokus dari Film ini adalah pergumulan Pi dalam mengarungi samudera. Kapal yang ditumpanginya beserta hewan hewan dalam kebun binatang yang ikut serta karam dihantam ombak dimalam hari, Pi Patel yang entah karena firasat apa, terbangun dan keluar, mendapati badai dan ombak begitu luar biasanya. Dia terselamatkan oleh sebuah sekoci yang di”lempar” kan dari kapal ke laut.

Terapung apung di Laut lepas, Pi ditemani oleh tiga binatang. Orang utan, beruang , Zebra dan Richard Parker si Harimau. Huwaaa serem… iya! Di Film ini Pi sampai harus berjuang membuat rakit untk menghindari terkaman Richard Parker yang menguasai seluruh sekoci.

Diceritakan juga, orang utan terbunuh oleh si beruang, zebra juga terbunuh oleh si beruang, namun beruang mati oleh si Richard Parker. :) Memang dimana mana kasta tertinggi menghabisi segalanya..

Nah..sekarang tinggal si Parker dan Pi sendirian di tengah samudera. Terombang ambing oleh dahsyatnya ombak samudera, dengan persediaan makanan dan minuman yang minim, bahkan boleh dibilang habis.

Ada beberapa hal yang saya tangkap dari film ini, namun yang paling saya sukai adalah filosofisnya. Beberapa peristiwa yang terjadi antara Parker dan Pi ditengah samudera menggambarkan begitu luar biasanya penderitaan mereka berdua. Pi yang masih sangat galau kehilangan keluarganya, sekarang dihadapkan pada penderitaan di tengah samudera, itu pun juga ditengah ancaman terkaman harimau si Richard Parker.

Beberapa adegan menunjukkan si Pi sudah sangat give up. Ada adegan yang dia berteriak ke langit waktu badai menghantam sekoci, dia sudah sangat pasrah. Total!!! Bahkan ada yang menarik dari adegan kepasrahan itu, Pi dengan tenang mengatakan, Aku siap! Siap kalau Sang Empunya Kehidupan mengambilnya..

Duh..jadi melow..tapi luar biasa memang penggambaran adegan dan filosofis dalam film ini. Ketika mereka berdua sangat kelaparan, Sang Penguasa Alam memberikan ikan terbang yang luar biasanya banyaknya. Bahkan sampai sampai si Parker bermandikan ikan terbang..Luar biasa!!!

Ketika Pi sudah siap untuk diambil hidupnya, menutup mata. Paginya sekoci mereka tiba tiba terantuk sebuah pulau ditengah samudera dengan bahan makanan yang luar biasa banyaknya. Pi pun dengan gembira menyantap hidangan alam tersebut, juga si Parker dengan makanannya daging yang berlimpah.


Konon katanya, beberapa keajaiban selama si Pi mengapung apung di samudera ini dihubung hubungkan dengan beberapa keyakinan agama. Ketika si Pi berteriak protes dan menengadah ke langit waktu badai besar, terlihatlah kilatan cahaya cerah di langit dan petir menggelepar. Persis seperti sebuah gambaran di Kitab Suci Kristiani dimana Yesus ketika di babtis di sungai yordan, juga ditampakan langit yang terbuka.


Di lain sisi, ketika Pi mendarat di pulau aneh di tengah samudera, dalam film ini, juga secara sepintas tergambarkan bentuk pulau yang mirip seperti Buddha yang sedang tidur. Filosofis Buddha juga sangat tergambar pada pulau ini, dimana semua pada siang hari sangat melimpah ruang untuk dimakan, namun pada malam hari pulau mengambil kembali semuanya. Buddha tidak mengajarkan kenyamanan dan kelekatan terhadap dunia, oleh karena itu jika Pi tidak sadar dan asyik dengan pulau itu, bisa saja dia tidak bisa selamat dan hilang ditelan pulau itu beserta kenyamanannya.


Pi pun melanjutkan perjalanannya. Dan sampai di pinggiran pantai Mexico serta kemudian ditemukan oleh penduduk sekitar.

Banyak yang bisa kita petik dari film ini, namun dari yang digambarkan, dari beberapa forum dan wawancara dengan si pembuat film serta pembuat novelnya, kedalaman filosofis yang memang ditonjolkan dalam film ini. Bagaimana seseorang harus tetap berserah diri pada saat saat paling nadir dalam hidupnya. Namun juga harus tetap bersemangat, berjuang tidak kenal lelah untuk menyelesaikan perjalanannya di dunia ini.


Kenyamanan, kesenangan, duka, penderitaan datang silih berganti bak ombak yang menerpa sekoci si Pi. Penuh gelombang, namun itulah yang membuat kita selalu sadar. Akan dunia ini. Kita masih hidup sejauh kita bergelombang.

Satu hal lagi, Sang Empunya Kehidupan ini tidak pernah berhenti membantu kita. Baik itu dalam kondisi separah apapun. Lihat dalam film ini, digambarkan ketika Pi dan Parker kehabisan makanan, Empunya Samudera mengirim ikan terbang luar biasa. Bahkan ketika si Pi sudah sangat give up, sebuah pulau penuh pelajaran bermakna pun ditawarkan oleh Sang Empunya Kehidupan.


Luar biasa!


Dipadu dengan soundtrack dari bahasa tamil “Lullaby” si Pi. Juga dengan efek 3D di bioskop serta perpaduan grafis yang bagus, film ini layak untuk diabadikan. Sebagai sebuah pewayangan dari sebuah filosofi hidup. Life is an adventure! Hidup ini penuh perjuangan. Dalam berjuang, tidak boleh menyerah separah apapun. Sang Empunya Alam pun akan selalu membantu kita dalam berbagai caraNya. Kadang kita tidak tahu itu adalah Sang Empunya Alam dan bantuanNya, kita protes, kita mengelak, namun tetap, Alam dan Sang Empunya menggiring kita untuk kembali meneruskan hidup, hidup yang penuh perjuangan, totalitas dan kepasrahan total terhadap Sang Penyelenggara. Sang Dalang Agung.


Semoga bermanfaat.

salam, @widihandoyo



Original post : Life of Pi.

No comments:

Post a Comment