Saturday 29 December 2012

Sambu Island

Akhir Minggu lalu saya dapat tugas kantor ke Batam. Ini kali kedua saya mengunjungi Batam. Buat saya (yang belum tahu waktu itu) Batam kurang menarik. Tapi kata orang-orang, Batam itu surganya belanja tas branded dan parfum, berhubung Singapura cuma di sebrang utaranya. Tapi untungnya saya bukan orang yang doyan belanja. Saya lebih suka jalan-jalan. Duduk lama-lama di pinggir pantai atau bengong ngliatin pohon-pohon di hutan.


Jembatan Barelang, Batam

Jembatan Barelang, Batam


After kelar kerjaan di Batam, dan menunggu rencana pulang ke esokan harinya, temen saya ribut ngajakin nyebrang ke Singapura. Sejujurnya tertarik sih, secara saya belum pernah tuh ngecap pasport :-P belum pernah ke luar negeri dan mumpung ini dari Batam ostosmastis biaya transport cuma naek Very Batam-Singapur PP + 300ribuan ajah. hmm.. tertarik siih.. tapi… mau ngapain ya di sana. Saya ragu-ragu. Sampai akhirnya senior di kantor iseng berucap, “sana lo Fi, ke Sambu, belum pernah kan lo ke Sambu?” dan kemudian *ting* keraguan saya hilang :lol: saya putuskan untuk ke Sambu saja.


Sambu adalah sebuah pulau kecil di utara Pulau Batam. Pulau ini secara kasat mata benar-benar pulau batas terluar antara Indonesia dengan Singapura meskipun sebenarnya pulau paling luar di wilayah ini adalah Pulau Nipah. dari ujung pulau Sambu saja, saya bisa lihat gedung-gedung tinggi Singapura, memang sedikit tertutup kabut di kala pagi. Kemana tujuan saya ke Pulau Sambu? yak, di pulau ini berdiri tanki-tanki penampungan Minyak BBM untuk Indonesia. Seluruh Pulau ini kami menyebutnya sebagai Terminal BBM Sambu. Sebelumnya,  wilayah ini cuma bisa saya bayangkan saja bentuknya, secara tiap hari Pulau ini menjadi salah satu obyek pekerjaan saya. Suplai BBM ke Pulau ini. Jadi sekarang waktunya melihat langsung bentuknya seperti apa :-)


Mari menyebrang ^^

Mari menyebrang ^^ dari Pelabuhan Sekupang Batam


Dari Pulau Batam, kami naik perahu boat atau kapal cepat (apa ya namanya) dari Pelabuhan Sekupang di Batam. dari Pelabuhan ini melayani juga pelayaran ke Singapura (45 menit). Untuk menyebrang ke Pulau Sambu sebenarnya harus transit dulu ke Pulau Penawar Rindu, baru kemudian pindah perahu ke Pulau Sambu. Tapi berhubung senior saya ini kenal orang-orang pelabuhan situ dan kebetulan ada perahunya yang langsung ke Sambu, nebenglah saya kesana. Saya ditemani 2 kawan saya, Puput dan Faisal. Jika mengikuti rute, sekali jalan naek perahu per orang kena 10ribu rupiah, tapi kalo bertiga perorang kena 4ribu rupiah. Entahlah itu rumus dari mana, hehehe. dalam satu kapal dapat menampung 12 – 15 penumpang. Berlayar ke Pulau Sambu sendiri cuma butuh waktu 10-20 menit.


Pelabuhan Pulau Sambu

Pelabuhan Pulau Sambu


Saya suka banget liat laut dan menyentuh airnya. Belum puas ngliat2in laut, eh tau2, sudah nyampe Sambu. Kesan pertama? sepi! “Buset ini Pulau ada penduduknya kagak ya?” komentar saya. Faisal, kawan saya yang sudah selama 2 tahun di Pulau Sambu cuma tertawa kecil mendengar komentar saya. “memang gini mbak kalo pagi, apalagi kalo hari libur, orang-orang pada ke Batam, atau ke Belakang Padang (nama lain Pulau Penawar Rindu) jadi ya sepi”. Saya dan Puput cuma manggut2. Dari dermaga Sambu, kami memutuskan jalan kaki saja keliling Pulau. eh, belum mulai, kami sudah harus naik jalan tanjakan. buset. ini pulau lengkap banget. Depan laut, tengah-tengah gunung. komplit! Di pulau ini dibangun tanki-tanki besar untuk Minyak dan jetty untuk penyandaran kapal mulai dari kapal kecil sampe kapal segede gaban. Selain Rumah dinas pegawainya, di pulau ini dibangun juga fasilitas lain, seperti Masjid (satu-satunya), Gereja (satu-satunya juga), Lapangan Tenis, Futsal, Lapangan Bola, tempat fitnes dan kuburan :lol: yak. Yang cukup menarik disini, ternyata di atas bukit ada areal pemakaman suku Bugis. Menurut cerita orang-orang, areal ini cukup angker. Sudah banyak kejadian “uka-uka” di sini. Well, sejujurnya saya malah penasaran. Tapi si Puput takut mau masuk, jadinya saya cuma liat-liat doang dari luar. Pemakaman ini tepat bersebelahan dengan salah satu tanki minyak yang guede disana. Cerita terakhir sih, katanya ada mbak2 rambut panjang suka duduk diatas tanki yang gede itu. hhmm siapa tau tu mbak2 pengen ngebantuin ngukur tanki kan? *hiiiiiy*


TBBM Pulau Sambu, Rumah Para Tanki :p

TBBM Pulau Sambu, Rumah Para Tanki :p


Melewati Rumah-rumah dinas (yang cuma 3 atau 4 biji) di Pulau ini cukup bikin iri. Rumah model panggung, klasik banget khas Melayu. Disuguhi teras yang langsung menyatu dengan pantai dan dipunggungi bukit. Sementara di sisi kiri langsung berseberangan dengan Singapura. Indah! tapi ya itu, karna konon pulau ini cukup “horor” tak banyak yang bersedia ditempatkan disini. Padahal, beneran deh itu, rumah impian! tapi bonusnya horor :lol:


Nangkring di depan salah satu rumah dinas yang dijadikan wisma :)

Nangkring di depan salah satu rumah dinas yang dijadikan wisma :)


Capek menyusuri sisi utara Pulau ini, kami memutuskan untuk nyari makan siang. “kita makan di pulau seberang mbak, gak ada warung di sini” saya dan puput bengong. Bahkan untuk makan saja kita harus nyebrang pulau sebelah. Keren juga nih! Menuju jalan ke dermaga kami melewati beberapa anak sekolah sepulang terima raport. Kata Isal, SD di sini muridnya bisa dihitung dengan jari, “cuma ada kelas 1 sampe kelas 4 mbak, itu juga sekelas paling muridnya cuma 3 atau 4 aja”. saya dan Puput kembali terheran-heran, “hah? lha terus kalo naek ke kelas 5 gimana?”. Isal tersenyum, ” iya kalo udah kelas 5 sekolahnya pulang-pergi ke pulau seberang”. Kami manggut-manggut. Baiklah. Keren!


inilah halaman rumah-rumah di Pulau Sambu. Rumah Impian!

inilah halaman rumah-rumah di Pulau Sambu. Rumah Impian!


halaman Rumah :') ngebayangin kalo punya halaman kayak gini, pulang kantor, naroh tas, langsung lari ngacir ke depan rumah. berenang!

halaman Rumah :’) ngebayangin kalo punya halaman kayak gini, pulang kantor, naroh tas, langsung lari ngacir ke depan rumah. berenang!



Oia, yang menarik lagi di Pulau ini, semua penduduknya saling kenal (ya iyalaah.. gede pulaunya kayak satu perumahan di Depok), jadi sepanjang jalan, si Isal, kawan kami itu pasti disapa dan menyapa orang yang lewat. Ya, buat saya sih keren aja gitu. Bisa kenal warga satu pulau. Bandingkan dengan Jakarta :-| . Pas nyampe dermaga kami bertemu rombongan marinir yang awalnya saya pikir penyelam (yang tentu kenal dengan Isal). Ternyata mereka adalah tentara yang bertugas menjaga Pulau Nipah. Wow! jadi ngebayangin susahnya bertugas menjaga keamanan wilayah perbatasan. Jadi jangan cuma bisanya protes2 aja wooii kalo ada berita2 tentang perbatasan lah, pulau di rebut lah, coba liat dulu, kita ini sudah melakukan apa buat ngejaga Indonesia. Minimal bertanya pada diri sendiri, berani gak macam bapak2 marinir itu, nyelem dan ngejaga wilayah perbatasan :-P


Kami menyebrang ke Pulau Belakang Padang (atau dikenal dengan Pulau Penawar Rindu). Nyebrang dari Pulau Sambu cuma 10 menit. Pulau ini lebih rame dan lebih gede dari Sambu. Dan karena lebih ramai, jodohnya ramai ini kalo Indonesia ini apalagi kalo bukan sampah. yak! kesan pertama pulau ini, kok banyak sampah ya. sayang sekali. Oke, tujuan kami di pulau ini cuma makan. Katanya ada kuliner terkenal dari pulau ini, namanya mie Pekat dan Prata. Mie Pekat ini Mie tepung basah dikasih kuah dari kacang sedikit ebi dan ada telur bulat sebagai pelengkap. Oia, tak ketinggalam acar potongan cabe. enaaaaaak!!! :-P kalo Prata, semacam makanan India itulah, roti cane macam martabak ada isinya. Tapi kami pesan yang gak ada isinya. Oia, Prata ini di cocol ke kuah Kari. enaaaaaak!!! :-P


over all, jalan-jalan kali ini seru juga. Ah, kemana lagi ya…. :lol:


Pulau Penawar Rindu - namanya so sweet sekali!

Pulau Penawar Rindu – namanya so sweet sekali!


Mie Pekat. Model oleh Puput dan Isal :-P

Mie Pekat. Model oleh Puput dan Isal :-P


Indahnya Indonesia

Indahnya Indonesia


 


 





Original post : Sambu Island

No comments:

Post a Comment