Anggap saja ini efek samping Ayah dan hampir semua sanak familinya nyangkul di restoran, jadi bahkan untuk menyatakan cinta kasih saja lewat makanan. Belum sehari ketemu Ayah, sudah disodori beragam makanan. Makanya kemaren liburan seminggu, aku benar – benar harus menahan diri supaya tidak ‘meledak’ ketika balik ke Jakarta.
Case study 1. Sabtu siang aku mendarat dengan damai -berdamai dengan bau pesawat yang bikin mual. Muka butek langsung berubah cerah pas liat Ayah clingukan di terminal kedatangan. Salim ayah. Salim ibu. Duduk manis di mobil baru. Syuuuut.. ga makan waktu lama sampai sudah kita di Lamun Ombak. Diatas meja terhidang segala makanan yang enak – enak. Syukur alhamdulillah ya Allah.
Case study 2. Masih di Sabtu itu juga, pemberhentian berikutnya adalah Ikan Bakar Uni Epi. Semacam depot ikan bakar favorit Ayah dan Ibu. Setiap adegan jemput anak ke bandara pasti mampir kesini. Makanya tiada afdol kalau dilewati begitu saja. Satu ekor ikan bakar ukuran besar dikantongi untuk bekal makan malam nanti.
Case study 3. Agak ga wajar kalau ini masih Sabtu dan ada lagi satu restoran yang disamperin. Jadi mari diganti ke hari Minggu. Pagi sekali, jam 6 aku sudah duduk didepan tivi. Ayah mulai nih nanya – nanya, mau sarapan apa. Hahahaha.. Lontong sayur dari warung ayah aja deh.
Case study 4. Siangnya ayah tanya, mau dibawain dendeng sambel ijo ga? Aku sih mau. Mengingat ibu udah masakin udang balado, terpaksa ku geser dendeng sambel ijo ke hari emm.. Selasa deh kayaknya. Soalnya Senin aku ikut ibu ke pasar. Pangek ikan bilih by request, jadi itulah yang terhidang dimeja makan.
Aduh kalau di ceritakan segala tawaran makan yang tiada bisa ku elakkan, bisa terbawa mimpi nih. Kasihan pulau Jawa dan pulau Kalimantan terpaksa melebur tak berbentuk diatas bantalku.
Tapi tahan dikit deh ilernya. Soalnya di seantero tempat makan itu, yang paling Yahoood waktu di Pauh Piaman, daerah Koto Baru deh kayanya. Pokoknya yang jalan mau ke Bukittinggi setelah kedai Sanjai Nitta. Karena Sabtu itu Ibu masih ngajar, jadi jemput dulu ke sekolahan. Kali ini engga pake syuuut karena jalanannya muacet.
Di warung ini, gulai kepala ikannya mantaaaaabb buanget cuuuy. Sebenar – benar empuk. Gulainya pedes manis gurih dan tidak terlalu kental. Sumpah deh ini gulai kepala ikan terenak yang pernah kumakan. Makannya tambah enak karena satu kepala ikan super besar itu dimakan bertiga. Ayah comot duluan. Trus Ibu. Trus aku. Ayah comot lagi. Aku ga mau kalah.
Tadinya ikan itu mau ku foto. Tapi maaf ya pendengar yang budiman, saya khilaf. Tangan ini lebih suka memegang ikan dan nasi ketimbang kamera.
Begitulah dikeluargaku. Cinta kasih di tunjukkan lewat makanan yang lezat. Bahkan ketika aku mau balik ke Jakarta, ibu masakin dendeng untukku. Padahal Ayah lagi diet daging sapi, cuma makan daging ikan. Eh trus Ayah juga ga mau kalah, modalin aku dengan rendang dari restorannya (more on that later). Wohooo.. cup cup muah buat Ayah dan Ibu.
MDLMTF = Mom Dad Love Me Through Food
Filed under: Catatan, Culinary Tagged: Family, Food, Love

Original post : MDLMTF
No comments:
Post a Comment