Somehow aktifitas gusur menggusur jadi mewabah. Pertama yang terjangkiti adalah landlord gedung Landmark. Masjid di basement digusur, atau lebih tepatnya digeser sih. Bekas lahan masjid hendak dijadikan parkiran motor.
Sebelumnya parkiran motor ada di sisi emmm… pokoknya masuk lewat pintu samping deh. Mungkin karena sudah overload dan ada kebutuhan area parkir lebih luas untuk masa mendatang, jadi area basement yang super duper luas dan cenderung kosong diberdayakan. Disamping, aku curiga ini trik untuk menarik orang – orang untuk jajan di kantin basement.
Hampir setahun ngantor disono, belum pernah sekalipun aku makan di basement. Jadi ga gitu paham deh makanannya seperti apa, nyaman atau tidak. Kata mas Helmi sih lumayan enak. Kantinnya tepat disebelah masjid baru. Info ini ga gitu berguna soalnya masjid baru setelah dipindah pun belum pernah kukunjungi hahaha.
Sewaktu masjid Landmark baru mau digusur, sebagai aktivis angin – anginan, aku ikut serta bikin pin dari pita dan peniti untuk mendukung demo teman – teman lainnya. Selamatkan Masjid Landmark. Oyee.
Sayangnya masjidnya tidak terselamatkan. Karena keputusan final adalah masjid dirobohkan, diganti menjadi area parkiran motor. Untuk menampung jemaah Masjid Landmark, dibuat masjid baru (yang menurut pengakuan mba Atiek, area ceweknya lebih kecil dari yang lama).
Sekarang gedung Indocement tertular penyakit yang sama. Kantin Indocement tempat aku biasa sarapan bareng Exa, Bambang, mas W, dan mba Jay -yang belakangan ini mulai jarang sarapan bersama- terancam digusur.
Well, ancaman yang sungguh membahayakan karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Bayangkan ratusan karyawan dihadapkan pada kondisi lapar dan kurang gizi ketika mulai bekerja. Pencapaian sales bisa menurun drastis. Efektifitas kerja berkurang karena karyawan lesu dan tak bergairah. Pupus sudah harapan untuk menikmati jus apel + stroberi yang super lezat hanya dengan delapan rebu rupiah.
Entah kenapa aku merasa bahwa gusuran Indocement ini benar – benar membebaniku. Apakah aku sudah sangat dekat dengan kantin – kantin itu melebihi kedekatanku dengan masjid Landmark lama?
Berapa banyak kantin yang harus kurelakan untuk dilepas. Soto mie dan mie ayam. Abang gorengan dan kopi. Ibu jus. Ibu nasi uduk. Mba warung manado. Mas bubur ayam.
Itu baru shift pagi. Beranjak ke shift siang, dimana akan kucari warung sop iga dan soto betawi, atau ayam penyet, atau nasi padang, atau mba warung manado (lagi) yang sop ikannya pedes menggoda, atau ibu nasi pecel dan gado – gado???
Oh noooo… kiamat semakin dekat.
Ketika sarapan pagi tadi, si ibu jus curhat kalau besok dia tidak jualan. Ibu jus dan penjual lainnya sepakat untuk berdemo demi dihentikannya rencana penggusuran itu. Doa kami menyertaimu, ibu jus dan penjual lainnya. Semoga aspirasi ibu didengarkan oleh landlord gedung Indocement. Selamatkan Kantin Indocement.
PS: Disatu sisi, ingin sekali aku ikut berdemo dan berorasi didepan petinggi gedung itu. Tapi aku demam panggung, jadi kuserahkan saja kepada yang lebih berkepentingan. Semoga sukses ibu – ibu dan bapak – bapak. Semoga perjuangan kalian menyelamatkan kinerja perusahaan yang berkantor di Landmark dan Indocement berhasil. Dan kita semua memperoleh akhir yang bahagia. Amin.
Filed under: Catatan

Original post : Gasar Gusur (Selamatkan Kantin Indocement)
No comments:
Post a Comment