Tuesday 10 January 2012

Migrasi Linux Secara Kaffah

Bismillah

Stiker dikasih si Khairuman

Waktu kuliah dulu, di kelas saya termasuk yang agak serius ngoprek Linux*. Terlebih, pada akhirnya saya hapus total Windows bajakan sehingga di laptop cuma ada satu sistem operasi. Berasa sudah hebat, saya anggap saya adalah makelar Linux, duta open source, nabi akhir zaman. Saya adalah pembawa agama Linux, pembimbing teman yang berada dalam kejahiliyahan Microsoft, penunjuk jalan yang lurus, penggiring domba-domba yang tersesat.

Sampai suatu ketika, di mata kuliah audit teknologi informasi yang diampu Pak Bambang Nurcahyo Prastowo (bnp), beliau bilang begini
Orang yang pakai Linux tapi masih doyan mp3, e-book, atau film bajakan, sebenarnya lebih hina daripada orang yang jelas-jelas pakai Windows bajakan. Talbisul haq bil bathil (QS 2:42). Semacam mencampur-aduk yang haq (kebenaran) dan yang bathil (kebathilan).
Mak jleb! Saya tilik lagi isi media simpan saya. Dari situ saya sadar kalau saya cuma omong besar, banyak gaya, songong naujubilah, pembawa risalah palsu. Saya mulai belajar sedikit-sedikit tentang HAKI, lisensi, hukum Islam soal bajakan, dan mulai migrasi ke Linux secara kaffah, secara total. Bukan pakai Linux sekadar untuk gaya-gayaan dan sok keren. Saya hapus mp3, ebook, dan film bajakan saya.

Omong-omong, sebenarnya membajak itu apa sih?

Secara sederhana dan ngawur, membajak berarti melanggar lisensi. Kalau di lisensinya ada larangan untuk menyalin/penggandaan secara tidak sah (di luar sepengetahuan pemilik hak kekayaan intelektual), berarti kita telah membajak. Ketika kita membeli produk non-bajakan (alias original), kita telah membayar jerih payah si pemilik dan dapat dengan legal dan halal menggunakannya (sesuai aturan lisensi). Membajak sama dengan mencuri, mengambil sebagian yang bukan hak kita.

"Etapi Bo.. kan ada ulama yang bilang kalau semua yang ada di dunia ini milik Allah, termasuk ilmu, jadi nggak boleh dipatenkan, sehingga sah-sah saja buat kita untuk pakai versi bajakannya ?"

Yang bilang begitu cuma gembel guwoblok kuadrat nggak ada modal yang hanya dengan sorban plus jenggot ngaku-ngaku ulama tapi otaknya dongok bin ngehek. :ngakaks:

Jadi anti terhadap produk bajakan tidak sulit kok. Intinya bukan memaksa orang untuk beralih ke free open source software, tapi kalau pun kita harus pakai produk berbayar, maka bayarlah! Beli Windows asli, beli CD audio asli, beli e-book asli, atau beli film/DVD original. Ingat golden rule : hargai karya orang lain sebagaimana karya Anda ingin dihargai. Bagaimana perasaan Anda saat tahu kalau tulisan, lagu, puisi, film, bahkan tweet (!) Anda ditiru atau diakui oleh orang lain?

"Baiklah Bo, saya paham... Tapi memangnya semudah itu beralih menjadi pengguna produk non-bajakan? Saya terbiasa memakai Windows, Microsoft Word, Excel, main games Football Manager, mengedit foto pakai Photoshop, dengerin lagu downloadan dari 4shared, nonton film downloadan indowebster, baca e-book gratisan, dll.. "

Rome wasn't built in a day. Butuh proses. Pertama kali menghapus berpuluh-puluh GB file mp3 bajakan, rasanya seperti menyunat diri sendiri. Hanya untuk menekan kombinasi tombol Shift + Delete saja, dada rasanya sesak, nggak terima. Yah, mirip waktu saya putus sama Laura Basuki deh... (sadar woi, udah jadi bini orang!)

*******

Ini tips ampuhnya :
Kalau benar-benar bagus alias worth it, BELI!
Kalau tidak, cari alternatifnya

Sistem Operasi
Beli : Windows, or use a Mac.
Alternatif : biasakan diri dengan Linux, mulai instalasi berbarengan dengan OS lama. Cari komunitas buat sharing.

Mp3/lagu
Beli : di toko musik seperti Disc Tarra, Beatz, Gramedia, atau Aquarius.
Alternatif : nyalakan radio (banyak stasiun radio lokal maupun internet streaming yang selalu putar musik bagus), atau download promotional video (free, dengan ukuran jauh lebih besar). Banyak juga kok musik-musik grup band indie yang free.

FilmBeli : pilih film yang benar-benar recommended, jangan model-model "Hantu Perawan Gerandong Mandi Junub" yang ditonton. Coba ke bioskop, kalo nggak cari di toko musik/dvd original.
Alternatif : patungan beli sama temen, or beli DVD original second dari Ebay atau Kaskus.

E-book / buku:
Beli : miliki account di Amazon. Untuk versi digital, biasanya harganya lebih murah. Atau cari orang yang jual second/bekas.
Alternatif : minta duit ke Bos untuk beli sebuah buku yang bisa dibaca oleh semua pegawai kantor, atau baca di perpustakaan/tempat penyewaan. Atau kalau untuk belajar hal tertentu, banyak kok situs2 penyedia tutorial gratis.

Aplikasi/software : 
Beli : hubungi software company yang merilis produk tersebut, cari kemungkinan apakah produk mereka ada versi "student partner"-nya yang lebih murah.
Alternatif : cari versi padanannya (software serupa yang fungsi dan fiturnya kurang lebih sama, namun sifatnya free).

Games : 
Beli : biasanya ada yang jual CD 2nd hand di Ebay. Search aja.
Alternatif : cari games yang free, atau nggak usah main game :D

*******
Pengalaman saya sejauh ini..

Sistem Operasi : kenal Linux sejak SMP, tapi baru bener2 lepas dari OS proprietary sejak 2006-2007. Sebelumnya, sempet gabung jadi cupu di forum atau milis dengan pertanyaan bodoh seperti "Gimana sih caranya install Ubuntu?" Yang saya rasakan, komunitas/tempat sharing itu sangat penting. Saya juga sempat buka warnet kecil-kecilan. Pada awalnya hanya 1 PC yang ada Windows (saya beli Windows 7 Home Premium). Selebihnya pakai Ubuntu or free open source software, termasuk billing (saya pakai gBilling dan sempat berkontribusi sedikit di situ). Tidak ada masalah selama warnet pakai Linux. Namun pada akhirnya karena kebutuhan, saya jadi punya 4 Windows 7 Home Premium (saya beli dari Bhinneka.com karena waktu itu ada diskon). Soal pengalaman warnet dengan Linux, mungkin akan saya tulis di lain waktu.

Mp3/Lagu : sempat melakukan backup semua koleksi mp3 bajakan ke DVD. Mungkin Tuhan pengen saya totalitas, akhirnya ituh DVD nggak bisa dibuka karena jamuran. Hahahaha. Mulai jarang denger lagu setelah itu. Paling denger streaming radio atau nonton promotional video sekali-sekali. Cuma pernah beli CD L'Arc En Ciel sama semua album d'Masiv.

Film : dari awal memang kurang suka nonton, jadi tidak begitu masalah di sini. Paling sekali-sekali nonton ke bioskop bareng temen. Pernah beli "The Terminal", sama "Naga Bonar Jadi 2". Selebihnya saya agak-agak lupa.

E-book/buku : setelah dibaca-baca, sebenarnya isi e-book buat belajar itu ya biasa-biasa aja, alias tidak ada yang istimewa. Mending cari tutorial yang berkaitan dengan apa yang mau kita kerjakan saja, tinggal search kan gampang. Sejak jadi buruh coding, dimodalin mandor pabrik untuk beli buku yang bener2 perlu via Amazon Kindle. Baru dipakai sekali.

Aplikasi / Software : di Ubuntu semuanya sudah lengkap, tinggal install dan pake. Tampilan oke, fungsional, maknyus. Mungkin beberapa hal minus seperti nggak ada aplikasi buat trading yang bagus di Linux, sama kalo pengen main game-game online yang free susah soalnya vendor game nggak nyediain versi Linux-nya.

Games : paling-paling ke rental atau warnet buat main online game. Boleh dibilang hampir nggak pernah main game lagi sejak pake Linux, sibuk bisnis dan cari duit. :D

*******

Apakah Anda punya pertanyaan atau pengalaman yang mau dibagi? Silakan tulis di bagian komentar ya.. Semoga bermanfaat. :)

* Linux di sini merupakan kependekan dari GNU/Linux.


Original post : Migrasi Linux Secara Kaffah

1 comment:

  1. selamat atas niat yang hebat..meski sulit untuk menghindari dari yang namanya barang copy-an

    ReplyDelete